Indahnya Negeri dari Jendela Kereta Api

Image

BERKERETA api, sungguh sebuah pelesiran tersendiri. Jembatan tua, terowongan renta, bisa bercerita tentang keindahan dan kekayaan negeri ini. Mari menyusuri bukit-bukit tanah Pasundan yang dirambati kereta api.

Kita mulai dari Terowongan Lampegan yang membelah bukit Gunung Kencana. Terowongan sepanjang 686 meter ini berada di Kampung Lampegan Pos, Desa Cibokor, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Terowongan ini bisa dibilang sebagai situs penting dalam sejarah perkeretaapian negeri ini. Inilah terowongan pertama di Hindia Belanda yang dibangun tahun 1879 dan selesai 1882.

Sementara ini, terowongan memang belum berfungsi seperti dulu. Namun, PT KAI berencana mengoperasikan jalur ini lagi tahun 2014. Kereta Api Kiansantang rencananya akan menarik lima gerbong menyusuri pinggang karst Rajamandala.

Sebagai bagian dari jaringan rel Bogor-Sukabumi-Bandung yang selesai dibangun tahun 1884, peran stasiun dan Terowongan Lampegan sangat vital. Jalur ini menjadi saksi kejayaan perkebunan di Priangan. Mulai dari Parakan Muncang hingga empat perkebunan teh besar di Cianjur, Gunung Kancana, Harjasari, Gunung Rosa, dan Gunung Manik. Empat perkebunan itu hingga kini masih hidup memasok teh bagi perusahaan air minum kemasan nasional hingga ekspor ke Maroko.

Asal nama Lampegan diperkirakan dari teriakan masinis ”Lampen aan..!” yang artinya kurang lebih ”nyalakan lampu”. Meski sempat lumpuh dihajar longsor, nasib Terowongan Lampegan masih lebih baik ketimbang terowongan vital lainnya di Jawa Barat yang teramputasi seperti terowongan Juliana, Hendrik, Wilhelmina, dan Terowongan Philip.

Si Kuong

Beragam jenis lokomotif berbahan bakar uap hingga kereta diesel, pernah merasakan dinginnya Terowongan Lampegan. Salah satunya adalah si Kuong yang masih hidup dalam ingatan Dadang Suparman (41), warga Kampung Lampegan Pos. Hingga tahun 1982, lokomotif uap itu setia mengantarnya tiap pagi ke sekolah di Kota Cianjur. Masyarakat setempat memanggilnya si Kuong karena peluitnya berbunyi ”Kuong…kuong…!”

”Si Kuong tidak pernah datang terlambat. Tanda saya pergi sekolah dan warga lain bekerja, atau sekadar berbelanja di Pasar Cianjur. Setelah naik Kuong, biasanya muka saya hitam-hitam kena bekas asap,” kata Dadang mengenang.

Kembalinya jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur belum cukup mengembalikan kejayaan jaringan transportasi kereta api Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung. Masih ada ruas rel sepanjang 83 kilometer, antara Cianjur-Bandung belum beroperasi. Tahun 2012, jalur ini dihentikan akibat tingginya biaya perawatan lokomotif, minimnya kemampuan menarik penumpang, serta kontur berat menanjak di antara Rajamandala-Tagog Apu-Cipatat.

”Lokomotif terakhir biasa dipanggil Argo Peuyeum. Selain karena melintasi daerah Cipeuyeum, dia lebih sering membawa peyeum atau singkong fermentasi Cianjur-Bandung,” kata mantan Kepala Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung, Budi Brahmantyo.

Kompas pernah menjajal jalur Cianjur-Bandung tahun 2009. Lokomotif khusus berkode BB 30425 buatan Krupp, Jerman, produksi tahun 1960-an, itu merayap di jalur berat dengan kemiringan hingga 3,6 persen atau 36 per mil di Rajamandala-Tagog Apu. Menegangkan. Rata-rata kemiringan jalur kereta api Indonesia 3 persen atau 30 per mil. Penumpang dimanjakan Karst Rajamandala hingga hamparan sawah serta pemandangan Sungai Citarum dan Sungai Cisokan,

Keindahan itu mungkin akan datang lagi. Harapan muncul kembali ketika Kementerian Badan Usaha Milik Negara ingin PT Kereta Api Indonesia menghidupkan kembali jalur ini. Jalur ini diyakini memudahkan akses wisatawan menuju Gunung Padang, situs megalitik tertua di Asia Tenggara, sekaligus memecah kemacetan di Padalarang-Rajamandala.

Serayu

Selain menapaki terowongan sebagai situs bersejarah, jangan lupa menaiki ”artefak hidup” bernama kereta api. Inilah pelesiran asyik di atas rel. Betapa tidak, jendela kereta api itu bagaikan pigura yang membingkai lukisan berupa panorama alam tanah Pasundan.

Sensasi mata itu bisa dinikmati, antara lain dengan KA Serayu, jurusan Jakarta Purwokerto, Jawa Tengah, lewat Purwakarta, Bandung, Garut, dan seterusnya. Kita bisa menyusuri sejarah yang menjadikan kereta api ada, berikut lintasan, jembatan, dan terowongan yang dilaluinya. Kereta kelas ekonomi yang berpendingin ruangan berangkat pukul 08.25, dan tiba di Stasiun Cibatu, Garut, Jawa Barat, pukul 14.20 setelah melaju sekitar 6 jam.

Kereta api beberapa kali menurunkan kecepatan. Setelah itu melaju pelan dan seakan kereta melayang. Ketika itu pemandangan di kiri-kanan tiba-tiba menghilang. Itulah sensasi ketika kereta melintasi jembatan di atas lembah. Jembatan Cisomang paling terkenal karena sebagai jembatan tertinggi di Indonesia. Jembatan setinggi sekitar 100 meter ini terletak di Desa Cisomang, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta.

Kebetulan, Jembatan Cisomang yang bisa dilalui sekarang adalah jembatan baru yang diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 3 Agustus 2004. Jembatan Cisomang lama ada di sampingnya, dibangun pada tahun 1894 dengan panjang 230 meter. Jembatan Cisomang lama memiliki pilar besi baja dengan fondasi beton. Di bawahnya mengalir Kali Cisomang.

Ada pula Jembatan Cikubang yang terkenal sebagai jembatan kereta api aktif terpanjang di Indonesia, sekitar 300 meter, dibangun tahun 1906. Jembatan ini terletak di antara Stasiun Sasaksaat dan Stasiun Cilame.

Di antara lintasan tiga stasiun berurutan dari Stasiun Sasaksaat, Stasiun Cilame, dan Padalarang, inilah pusatnya jembatan bentang panjang. Di antara Stasiun Sasaksaat-Cilame terdapat 12 jembatan bentang panjang, kemudian di antara Stasiun Cilame-Padalarang ada 10 jembatan bentang panjang. Nikmatilah panorama di kanan kira yang indah bagai dalam kartu pos. Ada bukit-bukit hijau, lembah, jurang, dan sungai.

Kondisi jalur memang berkelok-kelok. Ketika suara derit rel mulai mengusik telinga, itu pertanda ada gesekan roda besi kereta dengan rel tambahan yang disebut rel gongsol, yang mengisyaratkan jalur rel mulai berkelok-kelok. Rel gongsol di kelokan rel untuk menahan supaya kereta tidak anjlok.

Pengalaman meraup keindahan alam dan sensasi di terowongan kereta api di dalam perut bukit mengiringi perjalanan menuju Cibatu dari Jakarta. Itulah Terowongan Sasaksaat, terkenal sebagai terowongan aktif terpanjang di Indonesia, yaitu 949 meter. Terowongan ini dibangun antara tahun 1902-1903. Menikmati kereta api, adalah menyusuri sejarah, sekaligus menikmati panorama negeri.

sumber