Pantai Air Manis dan Legenda Batu Malin Kundang

PANTAI Air Manis berkaitan erat dengan legenda Malin Kundang di Sumatera Barat. Malin Kundang adalah karakter dalam dongeng yang berubah menjadi batu, bersama-sama dengan kapalnya, setelah durhaka kepada ibunya. Di tepi pantai, terdapat Batu Malin Kundang dan beberapa perlengkapan kapalnya, yang juga berubah menjadi batu. Berdasarkan cerita, Malin Kundang dikutuk oleh ibunya karena menolak mengakui ibunya setelah bepergian ke daerah lain dan menjadi kaya.

Di balik cerita rakyat dan legenda Batu Malin Kundang ternyata batu ini memang ada lho dan terletak di Pantai Air Manis. Pantai ini adalah tempat wisata favorit bagi wisatawan lokal dan asing karena memiliki gelombang yang rendah dan pemandangan indah Gunung Padang. Ada juga sebuah pulau kecil bernama Pisang Kecil. Dari pagi hingga sore, Anda bisa berjalan kaki ke pulau yang memiliki luas satu hektar ini melalui air dangkal.

Di sore hari, air pasang mulai naik dan Anda harus menggunakan perahu untuk kembali. Di sebelah kanannya, ada pulau lain yang disebut Pisang Besar. Penduduk lokal di pulau ini sebagian besar petani dan nelayan.

Daya tarik legenda Malin Kundang sangat menarik wisatawan yang datang ke Pantai Air Manis ini. Walaupun ketika melihat batu ini saya antara percaya dan tidak akan kebenaran dari cerita tersebut, karena Batu Malin Kundang ini semakin terkikis oleh ombak laut dan perbaikan batu ini yang membuat menjadi tidak natural. Terlepas benar apa tidaknya cerita tersebut, lebih baik kita menikmati keindahan Pantai Air Manis ini. Pantai ini sangat panjang dan kita bisa berjalan dari ujung teluk ke ujung lainnya sambil memotret keindahannya.

Selain menikmati keindahan pantai Anda juga bisa berkeliling pantai dan menyeberang ke Pulau Pisang Kecil. Pengunjung juga bisa menyewa perahu motor untuk mengunjungi Pulau Sikuai yang terletak di sebelah Pulau Pisang. Dekat pantai, ada restoran yang menjual ikan bakar, nasi kapau dan makanan ringan lainnya.

Pantai Air Manis terletak 15 km dari pusat Kota Padang, Sumatera Barat. Dari Bandara Internasional Minangkabau, pengunjung bisa pergi ke Air Manis melalui Kota Padang. Jika Anda ingin menggunakan transportasi umum, pertama Anda harus pergi ke Plaza Sentral Pasar Raya dari pintu keluar bandara di Simpang Ketaping. Dari pusat kota, Anda dapat mengambil angkutan umum dengan trayek Padang-Bungus.

Selain bermain di air dan berenang, pengunjung bisa menyewa perahu motor untuk mengunjungi Pulau Pisang Kecil dan Pisang Besar, kepulauan yang terletak sekitar 500 meter dari pantai. Di Pulau Pisang Kecil, pengunjung bisa duduk di bawah gazebo dan menikmati pemandangan laut dan pantai. Jika Anda ingin bermalam di Pulau Pisang Besar, Anda bisa tinggal di rumah penduduk setempat atau tenda Anda sendiri.

Ada banyak hotel di dekat pantai Air Manis. Anda juga bisa melakukan perjalanan satu hari ke Padang, atau menginap di Pisang Besar atau Pulau Sikuai.Jika Anda mengunjungi pantai Air Manis, Anda harus mempersiapkan pakaian ekstra di dalam tas Anda. Pasalnya Anda pasti akan tergoda untuk berenang atau berjalan-jalan ke Pulau Pisang Kecil.

Di tepi Pantai Air Manis, ada kios yang menjual berbagai suvenir, seperti kaos, pakaian, tas dan kerajinan lainnya. Beberapa kios ada yang menjual kerajinan yang terbuat dari batu karang dengan harga mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 50.000.

sumber

Dermaga Apung Singkarak Menarik Perhatian Wisatawan

Keberadaan dermaga apung di kawasan dermaga Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, menarik perhatian wisatawan apalagi nantinya kawasan tersebut menjadi pusat pelaksanaan Tour de Singkarak (TdS).

“Dengan adanya TdS kawasan Danau Singkarak menjadi pusat perhatian masyarakat dan para wisatawan yang berkunjung ke sana,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) M Al Fajri di Arosuka, Kamis (22/5/2014).

Pihaknya berharap keberadaan dermaga apung tersebut dapat menunjang kunjungan wisatawan ke daerah memiliki banyak obyek wisata itu.

Diakui Fajri, masih banyak kekurangan yang harus dibenahi untuk menjadikan obyek wisata yang ada di Kabupaten Solok sebagai lokasi tujuan wisata.

Untuk menjadikan Solok sebagai daerah tujuan wisata, Pemkab Solok menetapkan tiga kawasan destinasi wisata yang didasarkan pada potensi yang ada. Di antaranya kawasan bagian selatan dengan potensi alam Danau Kembar dan perkebunan teh. Kemudian, bagian tengah dengan hutan kota, dan bagian utara mengandalkan Danau Singkarak.

Pemkab Solok terus berupaya menjadikan perkembangan wisata di daerah itu lebih fokus dan terarah. Namun di samping itu, dibutuhkan juga dukungan masyarakat di sekitar obyek wisata untuk pengembangan wisata itu sendiri.

“Selain berupaya melengkapi sarana pendukung wisata, kita juga berupaya melakukan pembinaan kepada masyarakat, khususnya di kawasan obyek wisata agar mereka memahami konsep pariwisata,” kata Fajri.

sumber

Wisata Legenda Batu Takup dan Kisah Sedih Poligami

MATAHARI terik menghujam kepala saat tiba di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, sebuah wilayah terkenal dengan penghasil lokan dan motto “Kampung Sakti Rantau Betuah”. Sebuah kabupaten di Bengkulu yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat. Dari Kota Bengkulu menuju kabupaten ini sekitar 281 kilometer. Untuk mencapainya bisa menggunakan jalur darat atau jalur udara dengan penerbangan perintis dari Bandara Fatmawati Kota Bengkulu.

Jika jalur darat Anda akan menyisiri pantai Bengkulu dengan segala keindahan dan perpaduan Bukit Barisan, komplet ada pantai dan hutan belantara. Jalur darat ditempuh dengan mobil sekitar lima jam dari Kota Bengkulu. Sementara jika menggunakan transportasi udara tentu lebih eksotis lagi, karena di atas Laut Bengkulu Anda akan menikmati manuver canggih para pilot.

Dari ibu kota Mukomuko perjalanan kami arahkan menuju Desa Talang Arah, Kecamatan Malin Deman. Perjalanan kali ini melihat sebuah obyek wisata batu yang jika dilihat kasat mata seperti batu bersambung, berhimpit, di daerah ini batu tersebut dikenal dengan “Batu Takup”.

Setelah perjalanan beberapa puluh menit melalui perkebunan kelapa sawit, tanah dan koral menghiasai sepanjang perjalanan, dan permukiman penduduk, tibalah kami di Desa Talang Arah. Suasana kampung menyambut tentu saja mencerahkan mata dan jiwa. Batu Takup dahulunya merupakan gugusan bukit tinggi. Batu ini adalah batu yang memiliki legenda dan pesan tersendiri bagi masyarakat setempat, pesan kesengsaraan dan penderitaan di balik tindakan poligami seorang suami.

Rosma (76) tetua kampung, warga Desa Talang Arah, bertutur, dahulu kala hiduplah seorang laki-laki yang memiliki dua orang istri. Istri pertama memiliki tiga anak, sementara istri muda tak dikaruniai anak. Namun, dalam perjalanan rumah tangga, sang suami lebih sayang dengan istri muda.

Rosma melanjutkan, akibat ketidakadilan itu istri tua merasa sakit hati atas perhatian lebih yang diberikan suami kepada istri muda. Akhirnya istri tua melarikan diri. Dalam pelariannya itu, istri tua menitipkan dua orang anaknya yang telah beranjak remaja. Sementara ia membawa anaknya yang masih menyusui menembus belantara dengan segala kepiluan hati.

Dalam petualangan yang penuh kepiluan itu istri tua menemukan batu besar yang datar. Di sana, dia beristirahat untuk menyusui anaknya. Usai menyusui anaknya, sang ibu pun berkata kepada anaknya. “Tinggallah di sini nak (di atas batu), ibu mau bunuh diri,” kata Rosma menceritakan kepada Kompas Travel.

Mengetahui istri tua meninggalkannya, sang suami berusaha mencari keberadaan istrinya itu. Rimba belantara juga ia tempuh hingga ia tiba di batu tersebut dan menemukan bayinya menangis di atas batu tersebut. Sang suami juga bingung saat istri tuanya tak ada di sana, ia hanya melihat batu datar dan bayinya yang tak kunjung berhenti menangis.

Namun alangkah terkejutnya saat dia berjalan sekitar lima meter dari batu datar tempat bayinya menangis, ia melihat bukit batu yang cukup besar seperti baru saja terbelah, sementara di celah belahan batu itu ia melihat beberapa helai rambut istrinya. Sang suami pun berusaha mencoba menarik sang istri namun gagal karena batu telah memeluk tubuh sang istri. ”Itu merupakan cerita yang diwariskan secara turun temurun imbas dari poligami,” kisah Rosma.

Di sekitar Batu Takup tersebut juga ditemukan banyak nisan yang ditengarai merupakan keturunan dari keluarga tersebut. Sayang kisah ini tak tercatat dengan baik, hanya sejarah bertutur. Sementara Bukit Batu Takup tersebut tak sebesar dahulu, karena saat ini telah dibelah menjadi menjadi dua bagian di tengah Bukit Batu Takup itu dibuat jalan. Namun, masih dapat terlihat sebagai bukti dan kisah sedih poligami.

Selain mendapatkan kisah legenda, pelancong dapat menikmati pemandangan yang cukup indah yakni hiasan bukit nan hijau bersatu dalam gugus Bukit Barisan. Salah satu perusahaan perkebunan membelah Batu Takup tersebut lalu di tengahnya dibuat jalan dari semen untuk pelancong yang kerap datang ke daerah itu.

sumber